
Tahta Golkar Sumut & Puncak Ambisi Trah Haji Buyung
7 Agustus 2025Oleh: Ahmad Faisal
TABAYYUN.ID – Golkar Sumut kisruh. Kepemimpinan Ijeck digoyang. Prestasinya coba dikaburkan. Dicari pembenaran lewat analisis SDM perusahaan.
Sedikit yang menyangkal manuver itu pangkal dari ambisi Haji Buyung alias Khairuddin Syah Sitorus. Ini indikasi soal itu.
Musyawarah Daerah (Musda) XI Golkar Sumatera Utara (Sumut) yang kian dekat tampak kian memanas. Panas karena DPP didesas-desuskan merestui kandidat yang sosoknya telah dilapor ke KPK.
Grass roots kontan panas gegara rumor dari Jakarta itu. Protes massal tak terhindarkan. Korupsi yang membudaya di republik ini memang dikenal ampuh membuat citra partai buruk di mata pemilih.
Itu yang dikhawatirkan banyak kader beringin di 32 DPD Tingkat II se-Sumut. Mereka dan simpatisan tak sudi suara raihan Golkar berantakan lima tahun ke depan.
Tak sudi karena ‘tinta emas’ hasil Pemilu 2024 membuat Golkar Sumut bukanlah si cebol yang merindukan bulan. Itu artinya kemenangan seperti Pemilu 2004 berpeluang diraih pada tarung 2029.
Joko Tarigan masuk dalam golongan memercayai itu. Kader Golkar Medan ini menyerukan ‘Jangan pilih kandidat dengan latar dorongan ambisi keluarga’.
“Setiap calon ketua (di Musda Golkar Sumut tahun ini) harus didasari kemauan diri sendiri,” demikian Joko membuka ‘petitum’.
Tudingan itu mengarah sosok Hendriyanto Sitorus (36). Bupati Labuhan Batu Utara (Labura) dua periode itu nyalon Ketua Golkar Sumut lima tahun ke depan karena desakan Haji Buyung (60), ayahanda sekaligus mentor politiknya.
Indikasi itu mengemuka sejak Hendriyanto membatalkan keputusan DPD Golkar Labura
mendukung Ijeck sebagai Calon Ketua Golkar Sumut 2025 – 2030.
Pembatalan terjadi sebulan paska dukungan malah dikerahkan Hendriyanto untuk Ijeck.
Begitulah. Ditutup syarat kandidat harus steril dari laporan aroma korupsi, petitum itu memuat empat poin.
Joko memang idem ditto. Reaksinya sebangun dengan banyak obrolan senada tentang Golkar Sumut hari-hari ini.
Menyoal Hendriyanto Sitorus, Joko ‘satu frekwensi’ dengan nyanyian massal 32 DPD kabupaten/kota propinsi ini.
Rame-rame meragukan kejujuran abangda dari Ketua DPRD Sumut, Erni Ariyanti Sitorus (34).
Skeptisme itu tercipta sejak akhir Mei 2025. Persis seiring anak politik Haji Buyung itu mbalelo.
Alih-alih melawan tafsir politik penuh ketidakpastian sekaligus laku buruk, Hendriyanto Sitorus malah menunjukkan tabiat ke arah itu.
Karakter politik pencitraannya tampak jauh beda dengan Ijeck, calon rival Hendriyanto di ajang musda tahun ini. Jarak mereka bagai langit dan bumi.
Parameter yang membuat ketokohan laki bernama tulen Musa Rajekshah itu kemudian dicap paralel dengan gebrakan prestasi Golkar Sumut hari-hari ini.
Saat Ijeck memadu kekuatan karakter pribadinya dalam media dan dibungkus soliditas akar rumput Golkar, gerak politik Hendriyanto kental dibayangi peran Haji Buyung.
Figuritas Hendriyanto sejatinya terbangun bukan karena nilai figurnya. Bupati berumur 36 tahun itu serasa lupa: figur memiliki nilai premier dalam arena musda atau kontestasi politik lokal lainnya.
Personalisasi politik menjadi faktor penentu signifikan. Karena itu pula, daya figur Hendriyanto Sitorus ternilai belumlah setara Ijeck yang dicap Golkar Sumut banget karena gelombang prestasi di tahun baru berlalu.
Figurnya terkurung bayang-bayang ketokohan Haji Buyung, sang ayahanda tercinta. Tersandera ketokohan seseorang yang telah beberapa kali terjerat kasus korupsi.
Dalam laporan terkini menyambut Musda XI Golkar Sumut 2025, figur Hendriyanto bahkan tergambar hidup dalam gelombang ambisi Haji Buyung menuju tarung Pemilu 2029.
Pun karier politik 3 anaknya kini merambah sejumlah tangga kekuasaan, mulai Hendriyanto sang Bupati Labura, disusul Erni Ariyanti Sitorus di pucuk elite
Provinsi Sumut, dan si bungsu
Tri Novi Khairani yang kini berkutat di level Senayan, Pemilu 2024 dinilai belumlah menjadi momentum kejayaan trah Buyung Sitorus.
Itu karena “sang guru” yang mantan bupati dan anggota DPRD belum mendapat tahta baru.
Lewat suksesi Golkar Sumut, Haji Buyung ditengarai kini sedang merancang kemenangan laga Pemilu 2029.
Laga itu memimpikan kisah Haji Buyung menjadi Anggota DPR RI, Hendriyanto meraih kursi Wakil Gubernur Sumut, serta Erni Ariyanti mengganti posisi sang abang di Labura, dan Tri Novi melanjutkan karier si kakak di DPRD Sumut.
Pertanyaannya, apa kekuatan Hendriyanto guna merebut tahta Golkar Sumut hingga lima tahun ke depan ?
Ssttt… ada power tokoh besar Sumut yang telah menggaransikan sosoknya ke elite DPP Golkar. Demikian yang santer beredar. Benarkah ?
Penulis : Wartawan Senior di Sumut, Ahmad Faisal.